Anyelir Merah

Amarine Celia
2 min readMar 4, 2023

--

Ship : DesKas (Deshret x Kasala)

Tags : Hanahaki Disease, angst?

Tiap doanya dipanjatkan, tiap sujudnya dipersembahkan, Kasala akan merasakan perih di sekujur tubuh — seolah ada yang merobeknya dari dalam dan hendak menyayatnya menjadi serpih-serpih. Paru-parunya sesak, menjerit bertalu-talu bagai besi tempa, dan memaksa Kasala untuk terbatuk-batuk keras sampai memuntahkan kelopak bunga yang semula jumlahnya dapat dihitung, menjadi tidak terhingga dan memenuhi pelataran kuilnya yang agung.

Bunga anyelir merah yang terlumuri pekatnya darah amis. Simbol perasaannya kepada sang Tuan yang paling ia kasihi.

Napasnya terasa berat, Kasala terisak menahan sakit yang makin tak tertahankan dari waktu ke waktu. Dadanya kian terasa terbakar, masih ada yang mengganjal di dalam sana, meminta dikeluarkan. Derai air matanya makin jatuh tiap ia mencoba untuk bertahan hidup dan meraup udara.

Sakit.

Semuanya terasa sakit.

Kasala menangis karena tahu Deshret tidak akan membalas perasaan yang serupa padanya. Di sela tangisnya pula, hanya terdengar kata maaf yang berulang dan terlihat begitu putus asa.

Malam itu, matanya tidak dapat terpejam. Karena perasaan mendesak itu menyerang lagi. Kasala kembali terbatuk hebat. Beberapa kelopak bunga yang tertinggal di tenggorokannya, membuatnya tercekik.

“Tolong selamatkan Kasala, Rukkhadevata!”

“Deshret — ”

“Ini perintah.” Jeda. “Sekaligus permintaan tulus saya sebagai sahabatmu.”

Sang dewi tahu betul bagaimana sosok sahabatnya ini mampu bersikap sangat bebal. Tidak mau mendengar karena merasa ambisi dan kebijaksanaannya akan selalu benar. Seharusnya ia juga tahu, sia-sia mencegah Deshret yang tidak tahu apa-apa. Rukkhadevata mengetahui terlalu banyak; mengenai perasaan Kasala dan usaha pemuda itu untuk menyembunyikan segalanya, menahan sakit ini sejak lama sampai tubuhnya tak lagi berkuasa seperti sekarang.

Melihat sang imam yang begitu mereka sayangi, dapat tidak berdaya di atas peraduan, membuat hati Rukkhadevata ikut melepuh sakit.

“Kasala bisa sembuh,” Ucapnya begitu welas asih dan terasa bagai angin sejuk untuk kegundahan Deshret. “Dengan konsekuensi, ia akan melupakan sosok yang ia cintai. Karena sumber sakitnya adalah perasaan cinta itu.”

“Saya tidak peduli,” Tukas Deshret tanpa pikir panjang, “Orang yang Kasala cintai, tidak ada sangkut-pautnya dengan saya. Saya hanya mau imam saya yang paling setia ini dapat selamat.”

Jawaban dari Deshret tidak membuat binar mata Rukkhadevata kembali.

“Deshret …”

“Kasala — ! Syukurlah, kamu sudah siuman! Bagaimana keadaanmu? Kamu butuh sesuatu — ”

— maaf, Anda siapa?

Red Carnation: Deep love and affection

--

--