Jadi Kesimpulannya …
Ship: RatioRine (Ratio x Aventurine)
Tags: OOC, ya gitulah(?)
“Mmhh — Ratio …” Fokus Ratio tercerai begitu mendapati Aventurine di sisinya tengah menggeliat kecil; terbangun dari tidurnya. “Kenapa belum tidur?”
“Aventurine …” Telapak tangan Ratio bergerak untuk membelai sayang helai-helai pirang milik Aventurine. “Saya habis membaca artikel, melakukan analisa kecil, dan menarik kesimpulan.”
Alis Aventurine bertautan penasaran, “Artikel apa?”
“Ciri-ciri seorang gay dan coba menganalisanya dengan kamu.”
“Dan hasil analisanya?”
“Kamu — Aventurine — adalah seorang gay.”
“… wow?” Kantuk Aventurine seketika lenyap mendengar vonis yang dilimpahkan oleh Ratio. “Bukan kabar baru kan?”
“Apanya?”
“Aku gay? Bukan kabar baru.”
“Begitu?”
“Astaga, Ratio.” Aventurine menegakkan tubuhnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Kita ini sudah resmi pacaran. Sejak kemarin, siang hari, dekat laboratoriummu itu. Sudah ingat?”
“Mana mungkin saya lupa?”
“Nah. Nah itu! Aku menerima kamu karena aku suka kamu, tandanya aku seorang gay. Untuk apa juga kamu coba buktikan dengan artikel koran tidak jelas?”
“Ah …”
“Yang artinya juga kamu itu gay, Veritas Ratio. Seorang homoseksual karena telah mengencani aku.”
“Bukan,” Sangkal Ratio, “Saya bukan seorang homoseksual.”
Aventurine mengernyit, perasaannya jadi campur aduk, “… yang benar saja.” Suaranya pelan, tidak ingin terdengar kecewa, “Kita baru saja mendesahkan nama masing-masing tadi. Bagaimana bisa kamu bukan homoseksual dan tetap meniduri aku?”
“Karena ketertarikan seksual saya bukan pada sesama jenis,” Ratio menambahkan dengan pasti, “Saya tertarik secara seksual hanya pada kamu, Aventurine. Jika suatu saat kamu berwujud seorang wanita, seekor naga, atau monster dari galaksi terjauh pun, saya akan tetap menyukaimu. Jelas?”
Sialan benar. Aventurine tidak menyangka jawaban Ratio akan demikian. Memang sejak dahulu, ia masih sukar memahami jalan pikir seorang sarjana aneh seperti Ratio.
“Kamu hampir membuat aku jantungan, Ratio Bego.”
“Maaf? Salah saya apa?”
“BANYAK!” Hardik Aventurine yang langsung kembali berbaring membelakangi Ratio dan menarik selimut, berupaya menutup rasa malunya sendiri. “Sudah, ah. Sana tidur!”
“Aventurine — “
“Tidur.”
Setelahnya, Ratio memutuskan untuk tidak memperpanjang perseteruan mereka. Dengan hati-hati, Ratio membawa Aventurine mendekat dan menyelipkan satu kecupan singkat pada pemuda yang yang kini bernaung di dalam dekapannya.