Makan Siang

Amarine Celia
2 min readMar 4, 2024

--

Salah satu restoran berbintang menjadi tempat makan siang mereka kali ini. Aventurine tidak main-main saat mengatakan Ratio yang harus mentraktirnya habis-habisan, ganjaran atas perbuatan pria tersebut pagi tadi.

Makanan mereka tiba tidak lama meski sekarang terhitung jam sibuk. Pelayanan yang memuaskan, setimpal juga dengan harganya yang menguras dompet. Setelah ucapan terima kasih yang dilontarkan Aventurine, keduanya mulai sibuk menikmati pesanan masing-masing sambil sesekali Aventurine lagi yang membuka pembicaraan di antara mereka.

“Jadi urusan mendadak apa yang bikin lu ninggalin gue pagi ini?”

“Yang jelas bukan urusan kamu.” Ratio menjawab datar seraya menyuapkan kembali sepotong daging ke dalam mulut.

“Bukan urusan gue tapi gara-gara itu gue jadi ngerasa kesepian,” Tubuh Aventurine lantas dicondongkan dan seolah mengunci atensi Ratio padanya. “Jadi, ke mana kamu pagi ini, Sayang?”

Ratio tahu kalau Aventurine hanya berniat menjatuhkannya dengan wajah sendu dan nada bicara sok melankolis. Termasuk panggilan tadi yang kerap kali disematkan Aventurine di beberapa kesempatan konversasi mereka. Semua akibat pertaruhan konyol itu.

Napas panjang diembuskan oleh Ratio, “Saya — ”

Tepat sebelum Ratio melanjutkan, notifikasi gawainya terdengar. Sebuah pesan masuk yang dengan segera Ratio baca. Aventurine pun memperbaiki posisi duduknya kembali, merasa keki juga karena rencananya menggoda Ratio jadi terusik.

Yang tidak Aventurine antisipasi adalah senyum Ratio yang terkembang saat masih melihat ke arah layar dan membalas pesan tersebut. Senyum yang tidak pernah Aventurine lihat sebelumnya hingga membuatnya tertegun. Selintas pertanyaan timbul. Siapa gerangan yang mengirim pesan pada Ratio sampai ia dapat tersenyum demikian?

“ — rine. Aventurine, kamu dengar saya?”

“A — ah, iya. Maaf, agak melamun tadi. Kenapa?”

“Sepertinya saya harus pergi sekarang. Tidak apa-apa kan?”

Aventurine memberi sedikit jeda dan dengan cepat menguasai dirinya lagi, “Ya, gak apa-apalah? Lagian semua ini udah dibayarin sama lu kan? Pergi aja.”

“Baiklah.” Ratio beranjak, “Sampai jumpa lagi nanti, Aventurine.”

“Hm, sampe nanti.”

Sepeninggal Ratio, Aventurine masih dibayangi pertanyaan yang sama dan hidangan di hadapannya tampak tidak menarik lagi untuk disentuh.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Amarine Celia
Amarine Celia

No responses yet

Write a response