No Hades, No Heaven.

“Mencariku, Anjing Manis?”
Jaringan parut yang menjalar di sepanjang jengkal lengan kanan Gallagher mulai berpijar menjelma cepat menjadi cakar besar yang menyala. Dengan gesit, pria paruh baya itu menerjang maju. Boothill menyeringai, menampakkan jejeran geligi tajamnya seumpama predator yang lapar. Sang buronan menyambut serangan tersebut dan mencuri momen sedetik lebih cepat dari Gallagher untuk melemparkan jerat tambang yang dengan segera melilit lengan lawannya.
“Akh — “
Jarak mereka dipaksa terkikis oleh Boothill dengan satu tarikan dari jerat yang masih membelenggu Gallagher. Kesintingan pada sorot mata Boothill saat itu membuat Gallagher muak, bahkan senyuman sarat ejekan masih terpasang. Jelas tidak ada rasa takut atau keraguan yang terpancar di sana.
“Lama tidak berjumpa, hanya seperti ini saja kemampuanmu, Anjing Manis?”
Gallagher berdecih tidak terima dan lantas menebas ke arah depan. Cakarnya berhasil mengoyak jerat tambang tersebut dan menciptakan goresan pada tubuh mesin Boothill yang juga menimbulkan percik bara sebelum Boothill mengambil lompatan mundur.
“Heh, tidak buruk. Tidak buruk.”
Di bawah belai sinar rembulan yang pucat, dua pasang netra bersua dalam pandangan nyalang dan dipenuhi determinasi.
“Kita akhiri sekarang.”
“Oh, tidak semudah itu, Sayang.”
Gallagher meluncurkan kembali serangannya dengan kecepatan kilat. Ia melompat, menerkam dengan cakarnya, dan mengirimkan tendangan kuat ke arah Boothill. Serangkaian serangan tersebut menciptakan gelombang energi besar hingga sempat menggucang atap gedung yang menjadi tempat duel mereka.
Namun, refleks Boothill masih lebih baik dari gerak pria paruh baya tersebut. Dengan cermat, ia mengelak dan tetap mengalkulasi gerak selanjutnya. Melihat adanya kesempatan, ia mulai melancarkan serangan balasan. Senjata api dikeluarkan. Pelatuk ditarik tanpa beban. Timah panas dilontarkan berkali-kali ke arah Gallagher.
Spontan Gallagher bergerak gesit menghindari muntahan peluru yang mulai diarahkan acak oleh Boothill. Secara terpaksa pula jadi menyudutkan Gallagher pada satu sudut gedung dengan tumpukan kontainer terbengkalai.
“HAHAHAHAHA! Terus berlari dan sembunyi, Anjing Manis!!”
Tawa maniak Boothill memecah heningnya malam diiringi letusan senjata api yang masih belum berhenti. Gallagher bersembunyi di balik salah satu kontainer sambil memikirkan taktik apa yang harus ia ambil. Sudut nalarnya dibuat bekerja ekstra keras malam ini hanya gara-gara seorang buronan yang telah lama diincar oleh family. Ia jelas butuh pengalih perhatian dan harus dengan cepat menyerang Boothill selagi ia teralihkan. Pengalih perhatian … seperti kaleng minumannya.
“Oh, Anjing Manis~! Ayo, kita bermain!”
Gallagher mencari momen yang tepat. Dalam hati ia menghitung mundur.
Tiga … dua … satu.
Sebuah kaleng minuman ia lempar ke udara. Sesuai dugaan Gallagher, atensi Boothill dan bidikan senjata apinya mengarah pada tipuan yang ia lancarkan. Inilah saatnya …
Gallagher keluar dari tepat persembunyiannya dan melesat cepat mengarahkan tinjunya pada Boothill. Boothill belum sempat melakukan pertahanan sampai pistolnya terhempas dari genggaman dan ia ikut terpental ke belakang.
“Ah, hahaha … cara murahan!”
“Dan kau terpancing dengan cara murahan seperti itu. Menyedihkan.”
Gallagher menghampiri tenang Boothill yang masih terjerembab. Posisinya sekarang lebih diuntungkan. Tinggal serangan terakhir untuk menutup pertarungan mereka malam ini.
Namun, sebelum serangan terakhir itu berhasil dilancarkan, Boothill melempar bom asap tepat ke arah Gallagher. Asap pekat melingkupi menutupi pandangan dan mengganggu jalan napas sang bartender. Gallagher pun terbatuk sampai melupakan sejenak eksistensi Boothill.
Setelah bidang pengelihatannya kembali, Gallagher sontak melihat ke tepi gedung di mana sosok Boothill sudah berdiri menantang di sana.
“Kali ini kau menang, Anjing Manis. Tapi sayang, aku tidak boleh mati sekarang. Ada tugas lain yang menungguku. Au revoir!”
“OI!!!”
Dan detik selanjutnya berlalu sangat cepat kala Gallagher menyaksikan tubuh Boothill meluncur bebas, membiarkan raganya diambil alih gravitasi.
“Selanjutnya saat kita bertemu, hiburlah aku lagi, Anjing Manisku.”
Selamanya dan selamanya ini adalah perang bagi mereka.